Solo menjadi surganya pencinta olahan daging kambing; sate, tengkleng, gulai, tongseng. Sebut saja olahan daging kambing yang kamu suka, semua ada. Beberapa sudut Kota Solo mempunyai cerita kenikmatan olahan daging kambing. Tak sedikit warung olahan daging kambing yang sudah berjalan selama puluhan tahun.
Di pojokan Jalan Honggowongso nomor 36, sekitar 300 meter dari Jalan Slamet Riyadi, dari jalan raya terlihat dapur yang dipadati orang masak dan lalu-lalang membawa makanan di nampan. Ada yang sedang mengaduk makanan di dalam wok di atas kompor api membara, ada yang mengipasi sate. Itulah Sate Kambing & Thengkleng Rica-Rica Pak Manto, rumah makan olahan daging kambing yang sudah berjualan selama 23 tahun.
Tengkleng rica menjadi menu paling laris di rumah makan ini, terjual 500 sampai 1.000 porsi per hari; bersama sate buntel dan tongseng kambing.
Pada gigitan pertama langsung terasa pedasnya lada bubuk dan manis yang pas dari kecap. Saya tidak kesusahan menggigit dan mengunyah daging kambing, lancar saja masuk ke perut. Dari 10 tusuk sate, tidak lebih dari 5 potong daging yang susah dikunyah. Irisan kubis yang renyah pas disajikan dengan sate kambing yang empuk, teksturnya saling melengkapi. Tomat dan timun seolah mengurangi "dosa" makan sate kambing yang, bagi saya, kerap memicu rasa pusing di kepala belakang sampai leher.
Kompas.com Food Food Story Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia Kejutan Saat Pertama Kali Makan Sate Kambing di Solo Kompas.com, 1 November 2023, 16:33 WIB Baca di App Yuharrani Aisyah Penulis Lihat Foto SOLO, KOMPAS.com - Solo menjadi surganya pencinta olahan daging kambing; sate, tengkleng, gulai, tongseng. Sebut saja olahan daging kambing yang kamu suka, semua ada. Beberapa sudut Kota Solo mempunyai cerita kenikmatan olahan daging kambing. Tak sedikit warung olahan daging kambing yang sudah berjalan selama puluhan tahun. Di pojokan Jalan Honggowongso nomor 36, sekitar 300 meter dari Jalan Slamet Riyadi, dari jalan raya terlihat dapur yang dipadati orang masak dan lalu-lalang membawa makanan di nampan. Ada yang sedang mengaduk makanan di dalam wok di atas kompor api membara, ada yang mengipasi sate. Itulah Sate Kambing & Thengkleng Rica-Rica Pak Manto, rumah makan olahan daging kambing yang sudah berjualan selama 23 tahun. Tengkleng rica menjadi menu paling laris di rumah makan ini, terjual 500 sampai 1.000 porsi per hari; bersama sate buntel dan tongseng kambing. Baca juga: Sate Kambing Pak Manto, Pelopor Tengkleng Rica yang Olah 20 Kambing Per Hari Bedanya Tongseng dan Tengkleng, Sup Daging Berbumbu Khas Jawa Tengah Lihat Foto Namun, saya yang belum pernah makan olahan daging kambing sejak tiba di Solo pada pertengahan 2021; ingin mencoba dulu makanan paling dasar, sate kambing dan sate buntel. Maret lalu, saya pun bertekad makan siang sate kambing. Sate kambing di Malang, kota asal saya, disajikan bersama bumbu kacang. Mirip dengan sate ayam. Begitu sepiring sate kambing tiba di meja; senang sekali mendapati bumbunya pakai kecap manis, bukan bumbu kacang. Ditambah kubis, tomat, timun, acar bawang merah, dan irisan cabai. Nasi disajikan di piring terpisah. Satu porsi berisi 10 tusuk sate kambing. Ukuran potongan daging lebih besar daripada yang biasa saya beli di Malang. Indra penciuman saya langsung mendeteksi aroma smokey dan lada bubuk. Untungnya, tidak ada bau prengus. Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+ Pada gigitan pertama langsung terasa pedasnya lada bubuk dan manis yang pas dari kecap. Saya tidak kesusahan menggigit dan mengunyah daging kambing, lancar saja masuk ke perut. Dari 10 tusuk sate, tidak lebih dari 5 potong daging yang susah dikunyah. Irisan kubis yang renyah pas disajikan dengan sate kambing yang empuk, teksturnya saling melengkapi. Tomat dan timun seolah mengurangi "dosa" makan sate kambing yang, bagi saya, kerap memicu rasa pusing di kepala belakang sampai leher. Lihat Foto Beralih ke sate buntel yang terbuat dari daging kambing cincang, disajikan juga bersama kecap manis dan sayur. "Daging banget yaa," komentar pertama yang keluar dari mulut setelah menggigit sate buntel. Dari luar, sate buntel terlihat padat tetapi dalamnya juicy dan lembut. Terasa gurih yang pas. Tentu rasa manis dari kecap dan pedas lada juga berasa. Satu tusuk sate buntel, menurut saya cukup besar. Makan dua tusuk sate buntel saja membuat kenyang. Jika ingin mencoba sate kambing dan sate buntel sekaligus tetapi tidak ingin kekenyangan, ada menu Sate Campur yang terdiri dari dua sate buntel dan tiga sate kambing. Harganya Rp 65.000. Sementara itu, harga satu porsi sate kambing 10 tusuk Rp 60.000. Harga satu sate buntel Rp 22.000. Kesempatan selanjutnya ketika berkunjung ke sini, ingin sekali mencoba tengkleng rica. Semoga segera bisa ke sana lagi.
Sumber : Kompas.com