Beritaindo.Online
- Seorang pria paruh baya mengaku sakit hati karena telah dibohongi istrinya selama belasan tahun.
Dikutip Tribun-medan.com dari Sanook.com, Senin (4/9/2023) pria yang bernama Samui atau biasa disapa Tuan Li melihat dokumen hasil tes DNA di tangannya dengan gemetar karena marah.
Tuan Li tak menyangka, ketiga putri yang ia besarkan selama belasan tahun ternyata bukan anak kandungnya.
Itu artinya istrinya selingkuh lebih dari satu dekade tanpa ia sadari,
Tuan Li mengaku, dirinya bertemu dengan istrinya yang bernama Sae Tou pada tahun 2007 lalu.
Setelah menjalin hubungan dua tahun, keduanya pun sepakat menikah pada tahun 2009.
Dari pernikahan tersebut, keduanya dikaruniai tiga orang putri.
16 tahun telah berlalu, kehidupan rumah tangga Tuan Li semakin membaik dan terlihat harmonis.
Tuan Li bahkan bisa membelikan sebuah ponsel untuk istrinya agar bisa melakukan panggilan video ketika mereka berjauhan.
Namun sejak istrinya memiliki ponsel, Tuan Li merasakan perubahan buruk pada Sae Tou.
Sae Tou jarang berbicara dengannya dan tiba-tiba menyembunyikan ponselnya ketika berada di dekat Tuan Li.
Tuan Li mau tidak mau bertanya-tanya apakah istrinya berselingkuh dengan pria lain.
Namun ketika dipikir-pikir lagi bahwa mereka sudah memiliki 3 orang anak bersama, sehingga tak mungkin istrinya tega selingkuh darinya.
Hanya saja Tuan Li semakin hari semakin melihat perubahan pada sikap istrinya itu.
Tak ingin berlarut-larut dalam kecurigaannya, ia pun memutuskan mencari bukti.
Pada bulan Maret 2022, Li diam-diam kembali ke kampung halamannya dan melacak lokasi GPS ponsel istrinya.
Hingga suatu hari, pencari lokasi ponsel istrinya muncul di sebuah hotel setelah tengah malam.
"Namun ketika saya mengikutinya, saya tidak dapat menemukan istri saya," ungkap Tuan Li.
"Jadi saya belum memiliki bukti jelas," lanjutnya.
Tak disangka, keesokan paginya Tuan Li berhasil menemukan istrinya tetapi ada pria lain yang bersamanya.
"Ketika saya melihatnya, dia segera menepis tangan pria itu," ungkap Tuan Li.
Meskipun dia sangat marah melihat pemandangan itu, namun dia mencoba mengendalikan amarahnya dan dengan tenang mulai menanyakan kebenaran.
Tanpa diduga, tiba-tiba sang istri mengatakan ingin bercerai dan memintanya untuk membesarkan sendiri putri keduanya.
Tentu saja Tuan Li tidak setuju dan dan mulai bertanya-tanya mengapa sang istri meninggalkan putri keduanya bersamanya.
"Saat itu jawaban menakutkan muncul di kepalaku. Mungkinkah anak pertama dan bungsu bukan anakku?" tutur Tuan Li.
Ia pun segera membawa putri keduanya ke rumah sakit untuk tes DNA, dan hasilnya keluar seperti yang ia takutkan.
Putri keduanya bukanlah anak kandungnya. Tuan Li merasa dunia seperti runtuh di depan matanya.
Lalu ia pun menjadi curiga juga terhadap kedua putrinya yang lain.
Tuan Li membawa kedua putrinya yang lain ke rumah sakit untuk tes DNA.
Lagi-lagi hasilnya sesuai dengan ketakutan Tuan Li.
Ketiga anak tersebut tidak memiliki satupun garis keturunannya.
Tuan Li menuturkan putri pertamanya berusia 15 tahun, dengan kata lain baru setahun setelah mereka menikah, istrinya telah melakukan perzinahan.
“Selama 16 tahun terakhir, saya bekerja di luar untuk mendapatkan uang guna menghidupi istri dan anak-anak saya."
"Tapi dia hanya bersenang-senang dengan pria lain. Aku hanya marah pada diriku sendiri karena telah bersikap bodoh selama bertahun-tahun.”
Ternyata istrinya mengetahui Tuan Li diam-diam membawa ketiga anak mereka untuk tes DNA.
Wanita itu menjadi sangat marah dan membela dirinya.
“Bagaimana jika saya tahu mereka bukan anak kandung? Seberapa pentingkah garis keturunan? Lagipula, anak-anak saya telah memanggilnya ayah selama sepuluh tahun," ujar istri Tuan Li.
"Jika dia tidak menerima anak-anak, dia tidak layak menjadi laki-laki.”
Ketika Tuan Li mengetahui kelakuan istrinya, dia tidak bisa menahan tangisnya.
Kendati demikian Tuan Li mengaku dirinya tetap membesarkan ketiga putrinya tersebut.
“Saya setuju untuk terus membesarkan anak saya meskipun saya tahu yang sebenarnya," ungkap Tuan Li.
"Aku hanya berharap wanita itu menyadari kelakuan buruknya. Tidak ada kesombongan dan perilaku buruk di depan anak-anaknya.”